Zahara Putri

Penulis fiksi dan non fiksi. Menggoreskan karya dalam tulisan, agar dibaca banyak orang dan bermanfaat.

Followers

Technology

Catatan

Thursday 8 November 2012

SURAU SORE HARI

No comments :

SURAU SORE HARI
By: Zahara Putri

Langkah anak kecil beriring
Menuju sebuah surai sederhana
Ditemani alunan syahdu sholawat
Menyemai kedamaian yang meresap

Dalam tiap lafazd yang dilantunkan
Ciptakan getaran menakjubkan
Kalimat demi kalimat mengalun indah
Membentuk sebuah nada berirama

Suasana surau sore hari
Takkan pernah sepi dari bismillah
Beberapa wajah polos ber-hamdallah
Menuntut ilmu demi keihklasan Illahi

Surau memikat di sore yang khidmad
Santun berakhlak sebelum petang memikat
Bekal yang nikmat di hari kiamat



Malang, 16 Nopember 2011
17. 30 WIB

*Masuk kumpulan antologi "Di Sebuah  Surau AAda Mahar Untuk-Mu, Tinda Media, 2012"



MERAH DAN PUTIH INDONESIAKU

No comments :

MERAH DAN PUTIH INDONESIAKU
By: Zahara Putri

Rintihan anak manusia di kolong jembatan
Dalam ratap dan tangisan
Bau busuk semakin menusuk
Onggokan sampah seperti ilalang yang tumbuh subur

Diantara gedung pencakar langit
Ada rumah kardus dan sepiring nasi basi di dalamnya
Diantara baju mewah orang yang berkedudukan
Ada pakaian lusuh dan tak terawat meminta bantuan

Seperti ada pembeda dalam kehidupan
Indonesiaku, kenapa warna kehidupan ini mengotori putihmu?
Aku ingin merahmu, memberikan kobaran semangatmu
Tuk satukan perbedaan dengan sifat welas asihmu

Bangunlah Indonesiaku….
Ciptakan ketentraman dan kebersamaan
Entaskan kemiskinan yang melanda rakyatmu
Dan berantas korupsi yang mulai mewabah

Indonesiaku
Aku bangga dengan merahmu
Dan aku tetap bertahan dengan putihmu
Tuk majukan Indonesia merdeka

Malang, 29 Februari 2012
18.00 wib


 * Terbit di antologi puisi



























CINTAKU BERSEMI DI KOTA BATU

No comments :

CINTAKU BERSEMI DI KOTA BATU
By: Zahara Putri

Bagiku, kota terindah itu adalah kota Batu di Malang. Di kota itu aku mempunyai sejuta kenangan dengan seorang yang pernah menyinggahi hatiku. Kenangan tentang cinta yang kami jalin, dan perjalanan cinta yang berwarna, terangkai begitu indah antara dirinya dengan diriku.
Dulu, ia hanya sekedang teman dekatku. Andai kami tidak berangkat bersama ke kota tersebut. Mungkin hingga kini kami takkan pernah jadian dan dia hanya menjadi sekedar teman dekatku. Tak pernah lebih.
Masih kusimpan dalam ingatanku, waktu itu di bulan November 2010 ketika ada acara kampus kami berjalan bersama. Karena jenuh, maka malam itu kami memutuskan untuk jalan-jalan. Dan ia mengajakku ke kota Batu. Perjalanan dari kota Malang sekitar satu jam, aku hanya menganggukkan kepala menyetujui segala usulnya.
Kukenakan jaket tebalku, perjalan mendekati kota Batu semakin dingin. Namun aku tetap gengsi harus berpegangan ke pinggangnya, aku tetap bertahan berpegangan di jok sepeda, atau sesekali kurapatkan tanganku.
Dia mengajakku ke ”Payung” yaitu suatu tempat makan di area sekitar sepanjang jalan di Batu, tempatnya di atas pegunungan, jauh dari perkampungan namun memanjang berdereratan warung-warung lesehan yang terbuat dari bambu. Dan ketika melihat pemandangan ke bawah dan sekitarnya begitu indah dan sejuk.
Kami memilih lesehan dengan lampu-lampu lampion yang indah, dan duduk di paling ujung. Dekat dengan pemandangan. Tempat yang cukup strategis dan sangat cocok untuk pasangan. Memang tempat ini dirancang seromantis mungkin agar menjadi tempat yang apik untuk pasangan yang dilanda asmara.
Waktu itu aku cukup deg-degan  ketika memasuki tempat tersebut, terutama ketika kami duduk hanya berdua dengan suasana yang romantis. Kami memesan makanan dan minuman, bahkan sajian yang dihidangkan juga cukup menarik. Aku memesan minuman strawberi sebagai minuman andalanku.
Kami bercerita kesana-kemari, mulai dari kegiatan kampus, pertemanan, hingga curhat. Ia manatapku dengan tatapan yang berbeda, penuh dengan kehangatan dan kasih. Dadaku berdebar dan desiran itu kian terasa saat ia menggenggam tanganku dan mulai menyatakan perasaannya.
Dengan jujur dan penuh ketulusan, ia katakan sudah lama menyukaiku. Memendam rasa selama 3 tahun cukuplah lama bagi seorang laki-laki. Namun ia tak berani ungkapkan, karena ia merasa aku tak akan membalas perasaannya.
Ya, aku memang menganggapnya hanya sebagai teman dekat. Tak ingin lebih, namun perkataan dan perlakuannya waktu itu memberikan nuansa yang begitu berbeda bagiku. Aku mencoba mengalihkan pembicaraan dan berusaha menghindar. Ketika aku hendak beranjak ia menarik tanganku, dan berusaha memelukku. Memintaku untuk tidak pergi dari hatinya.
Jantungku berdetak begitu keras, debaran itu kian terasa. Lalu ia memintaku untuk menjadi kekasihnya dan aku tak mampu mengelak segala rasa yang baru tercipta pada hari itu. Aku terdiam, lalu tanpa kusadari  aku mulai tenggelam dalam pesonanya, tatapannya. Kamipun jadian.
Ketika perjalanan pulang aku lebih banyak diam, ia memintaku mempererat pegangannya agar aku aman dan tidak kedinginan. Awalnya aku masih malu-malu, namun karena udara yang begitu dingin aku memenuhi permintaannya.  Dan aku mulai menemukan kenyamanan disana, dirinya yang begitu melindungi. Sebelumnya aku tak pernah menyangka bahwa dia sosok yang romantis. Tak pernah terlintas dalam pikiranku.
Dan baru pertama kalinya itu ia memanggilku dengan sebutan sayang, ketika kami sudah sampai. Ia memastikan aku tetap aman, ia terus menatapku hingga aku masuk di dalam rumah. Ia tidak menciumku, tapi ia menatapku dengan mesra dan penuh cinta. Ia memperlakukan aku dengan sangat baik. Perlakuan itu lebih romantis dari apapun oleh seorang lelaki. Kekasihku.
Dan besok-besoknya ketika kami kencan, ia sering mengajakku ke kota Batu. Pergi ke alun-alun kota Batu, tempat makan dan banyak hal. Tentunya dengan suasana yang romantis. Ia memberikan aku banyak kejutan-kejutan yang menjadikanku sedikit demi sedikit tertarik pada sosoknya.
Dia, kekasihku yang mampu memperlakukanku dengan baik. Sungguh kota Batu takkan pernah aku lupakan. Dimana telah menyatukan dua hati menjadi satu. Cintaku bersemi di kota ini.
“Aku mencintaimu…”
Ia menatapku mesra dan akupun terlarut akan cintanya di kota Batu yang sangat indah.

Malang, 18 Maret 2012
06.10 wib




Sunday 4 November 2012

TERBIT DI WASPADA

No comments :
LEPASKAN BELENGGU HATI
By: Zahara Putri


Malam pelepas sendu hati
Melelapkan kepada mimpi indah
Membawa pada khayalan kerinduan
Dalam sebuah harapan

Jika kesedihan melanda
Kubenamkan diri pada sapaan malam
Membawaku pada nyanyian kesunyian
Yang menenangkanku

Biar aku lepas belenggu diri
Lenyapkan serpihan asa
Biar hilang berganti hari
Melewati malam hingga pagi menjelang

Malang, 19 Oktober 2011
14.40 WIB


DALAM RINAI HUJAN
By: Zahara Putri

Dalam rinai hujan kutenggelamkan diri
Satukan hatiku yang sepi dengan alam
Ungkapkan kegundahan diri
Lepaskan semua hingga tak bersisa

Tangisku membahana diantara hujan
Buliran air mataku menetes iringi hujan yang turun
Sepi hatiku sepi jiwaku
Aku terlarut dalam asa yang tak berujung

Biarkan aku pergi dalam kesepian ini
Aku ingin semua terlepas dalam rinai hujan
Mengalir…..lalu pergi dari kehidupan
Sehingga aku mampu melangkah tuk sambut hari


Malang, 20 Oktober 2011
12.55 WIB


LEWATI LORONG ALAMASTA

No comments :
LEWATI LORONG ALAMASTA
By: Zahara Putri

Namaku Alfiorus, aku terlahir sebagai lelaki dari planet Satha yang sangat jauh dari bumi. Beberapa orang di planetku pernah membicarakan tentang bumi, bumi tempat yang penuh dengan polusi dan manusia yang lemah. Walaupun mereka membicarakan kejelekan tentang bumi entah kenapa aku ingin kesana, katanya disana orangnya punya hati dengan rasa. Apa itu? Aku tak tahu.
Keluargaku memanggilku dengan nama Yorus, namun beda dengan teman-temanku mereka lebih suka memanggilku dengan sebutan Torus. Aku selalu saja dilecehkan oleh teman-teman karena kemampuan belajarku di bawah mereka.
Aku kesulitan terbang dalam waku yang lama, aku tak bisa menyulap seuatu yang wow dan sesuai keinginanku, buntut-buntunya hanya menjadi sebuah bunga. Bahkan ketika bermain bola api, justru aku tak bisa memasukkan bola ke ranjang lawan, aku kesulitan menangkap bola yang berterbangan hingga akhirnya aku terbakar akan api tersebut.
Untungnya aku adalah makhluk dari Planet Satha, jika terluka orang tuaku cukup memberikan aku ramuan Rashk, sebuah cairan yang jika dioleskan ke tubuh akan kembali seperti semula. Maka tak heran, jika hidup kami lebih lama. Kami memiliki usia ratusan, bahkan kakekku hingga ribuan. Ia masih hidup. Ramuan Rashk, selain menyembuhkan luka juga mempertahankan kami untuk tetap hidup.
***
“Torus tangkap!” Jiyo melempar bola api ke arahku
“Aku tidak mau main!”
“Dasar kau Torus pengecut,” ejek dirinya padaku
“Biarkan saja, toh kalian selalu mempermainkanku.”
“Salah sendiri jadi orang bodoh.”
“Siapa yang bodoh, enak saja. Suatu saat akan aku buktikan kalau Yorus lebih baik dari Jio.”
“Coba buktikan?” tantangnya
Aku meninggalkan Jio dengan perasaan kesal, aku harus memikirkan agar agar aku bisa lebih baik darinya. Aku sudah cukup lelah jika terus-terusan dijadikan bulan-bulanan permainan Jio ia selalu mengejekku dan mengerjaiku.
Aku terus menapaki jalanku dengan perasaan dongkal, pergi ke suatu tempat yang sepi. Sesekali aku terbang, lalu aku jalan lagi. Andai, aku bisa terbang lebih lama? Mungkin takkan sesulit ini.
Entah berapa lama aku berjalan hingga tak kusadari, aku memasuki taman Alamasta, sebuah taman larangan bagi bangsa kami. Namun entah kenapa, keinginanku lebih besar untuk mengetahui kenapa taman itu dilarang.
Kuperhatikan sekeliling, taman itu cukup indah. Tak ada yang menakutkan. Lantas kenapa dilarang? Kemudian beberapa kupu-kupu terbang mengitariku. Indah. Tapi bentuknya berbeda. Kupu-kupu yang kulihat lebih indah, bahkan bunga-bunga di taman juga lebih bagus dan bermekaran.
Menurutku taman Alamasta adalah taman terbaik dari dari taman yang pernah aku temui di planet Satha. Sungguh aku ingin berlama-lama disini. Aku coba keliling mengitami taman, semakin banyak keindahan dan hal yang menakjubkan yang kutemui.
Dan besok-besoknya aku terus berkunjung ke taman ini, terutama ketika mulai dijahili oleh Jio di sekolah, taman inilah tempatku menenangkan diri. Rasanya damai. Walau aku sendirian tapi serasa menenangkan.
***
Aku mengambil ramuan Rashk di kotak atas tepatnya di kamar kakek. Bukan maksud mencuri, aku hanya meminjam. Mungkin dengan memakai ramuan ini, setidaknya aku bisa melindungi diri dari Jio yang suka usil itu.
Kuobati lukaku dengan ramuan Rashk di taman Alamasta akibat ulah Jio kemarin, setelah keadaan membaik. Kumasukkan ke kantongku dan mulai mengitari taman yang indah itu. Rasa penasaranku semakin besar, aku melangkah lebih jauh lagi.
Langkahkupun terhenti, aku menemukan sebuah lorong yang tertutup oleh air mancur diatasnya secara samar-samar. Aneh sekali. Aku mencoba memasuki lorong tersebut.
Baru melangkah beberapa langkah saja aku terperosok dan terjatuh lebih jauh dan lebih lama dari yang pernah aku rasakan.
Seolah-olah aku terjatuh melewati udara, gelap tapi membuatku tubuhku lebih ringan. Cukup lama aku terus merasakan tubuhku entah terbawa kemana. Lantas…
SRAK…
Aku terjatuh di atas pohon, yang berwarna hijau. Lebih hijau dari pohon di planetku. Lebih aneh tapi lebih indah.
“Aku dimana?” gumamku
Kulihat ke bawah ada seorang gadis yang menangis, rupanya baru dikerjai oleh teman-temannya. Seperti diriku yang sering dipermainkan Jio. Gadis itu berdiri di sebuah tempat yang berwarna coklat. Apa ya? Semua makhluk disana berdiri diatasnya.
Setelah teman-temanku pergi dengan kepuasan, gadis itu terduduk dan menangis. Akupun turun ke bawah dan memcoba menyapa gadis tersebut. Ia terperangah melihatku, ketika aku terbang justru ia semakin takut.
Awalnya ia takut denganku namun aku berusaha meyakinkan dirinya akan membantu dan mengobati lukanya. Ia mengira aku sosok hantu atau malaikat, namun akhirnya aku coba jelaskan bahwa aku berasal dari planet Satha. Ia masih belum paham.
Akupun mulai bercerita panjang lebar dengannya. Namanya Dhania, nama yang biasa. Lambat laun ia tidak takut lagi padaku. Kami mulai berbincang dengan santai dan mulai berteman. Aku juga berjanji padanya akan membantu dia ketika ia dikerjai oleh teman-temannya.
Di planet Satha aku tak mungkin mendapatkan teman sebaik dia, dan tinggal di bumi semakin membuatku betah. Orang bumi itu baik, walau ada yang jahat tapi tetap saja mereka lemah. Sekali kibaspun akan musnah karena mereka tak punya kekuatan.
***
Hari berlalu kulewati kebersamaan dengan Dhania sebagai teman. Wajah kami hampir seumuran, masih remaja tapi usia kami beda. Dhania masih berusia 13 tahun sedangkan aku 140 tahun tapi sama-sama remaja. Aneh kan? Jaraknya jauh sekali. Waktu di bumi sangat sebentar sekali, sedangkan di planetku tentu lama. Usia makluk disana memang ratusan bahkan ribuan.
Suatu hari Dhania berangkat ke sekolah, aku hanya mengikuti dia dari kejauhan. Khawatir ada yang tahu. Namun tiba-tiba ia didekati beberapa gerombol teman-temannya, mendorong dia hingga terjatuh.
“Dhania, pasti lo sengaja membuat kesalahan waktu ngerjain PR-ku kemarin ya? Pengen gue kena marah guru?” bentaknya
“Enggak kok Sha. Mungkin saja aku kurang teliti, aku kecapean karena terus-terusan kamu suruh.” Dania mulai gemetaran
“Alasan! Ayo guys, kerjain dia!”
Perempuan jahat itu memerintah teman-teman yang lain untuk memperlakukan Dhania dengan tidak baik. Akupun segera mendekatinya, dan mencoba menggunakan kekuatanku untuk menarik mereka agar tidak bisa menyentuh Dhania.
“Hai Sya, kok langkahku seperti ada yang narik?” salah satu temannya mengeluhkan keadaan dirinya
“Udah gak usah alasan.”
“Aku serius!”
Akupun terbang mendekati mereka dan menggunakan kekuatanku untuk membuat mereka jera.
“Hantu.. hantu… ampun…”
“Aku beri peringatan ya? Jika kalian masih mengganggu hidup Dhania. Akan kuhancurkan kalian!” ancamku dengan posisi tubuhku yang masih melayang di udara
“Baik ampun…” Merekapun lari tunggang langgang
Aku dan Dhania tertawa, kucoba olesi luka Dhania dengan Ramuan Rashk, dan seketika itu ia langsung takjub. Aku hanya tersenyum, walau sebenarnya dalam hati aku bangga. Ternyata di bumi aku bisa jadi pahlawan.
***
Sudah terlalu lama aku di bumi, aku ingin kembali ke planetku. Aku mulai berpamitan ke Dhania. Kuberikan ia separuh ramuan Rashk agar bisa mengobati dirinya dan kuberikan cara untuk melawan musuhnya. Kusulapkan sebuah bungan cantik untuk dirinya. Pertemanan ini takkan aku lupakan.
Akupun kembali ke pohon dimana pertama kali aku turun. Aku mencoba mencari jalan untuk kembali ke planetku. Dhania melepasku dengan linangan air mata. Sungguh tak pernah aku dapatkan teman sebaik ini. Terima kasih Dhania, suatu saat kita pasti bertemu.
***
Dalam sekejab aku kembali di taman larangan, di planet Satha. Aku berlari pulang, pasti keluargaku mencariku. Tapi ternyata tidak, katanya aku baru keluar beberapa menit yang lalu. Aneh. Padahal sudah berhari-hari.
Kakek mulai sakit-sakitan dan tak bisa menemukan ramuannya, aku meminta maaf karena mencuri ramuan tersebut. Kucoba oleskan ramuan namun sia-sia. Kakek tetap kesakitan.  Ayah dan ibu marah karena aku berani mencuri ramuan itu.
Sungguh aku menyesal, apalagi sebagian isi ramuan kuberikan kepada orang bumi. Aku berdoa semoga keadaan kakek segera pulih. Setelah berhari-hari, keadaan kakek agak membaik.
Aku dihukum keluargaku untuk tetap di rumah dan harus terus latihan hingga kekuatanku keluar semua, tak boleh bermain lagi. Aku hanya bisa menerima dengan pasrah.
Namun ada satu hal yang berharga dari kesalahan yang tak pernah aku lupakan, arti sebuah persahabatan. Sangat indah. Berharap suatu saat kami akan dipertemukan.

END
By: Zahara Putri
12 April 2012
06.10 wib
 

* Terbit di buku Negeri Dongeng


Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad

Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...