Tuesday, 12 June 2012
PERJALANAN MENULIS
Malang, 12 Juni 2012Hariku terus berjalan menyisir waktuku. Ada kebahagiaan, ada pula kesedihan yang terus menyapa. Bukan karena diri ingin membuat hidup menjadi lebih sulit, tapi kehidupan ini memang butuh perjuangan. Ada hal yang yang harus dipertahankan, ada pula yang harus dilepas.
Aku dihadapkan pada dua pilihan, berjalan dengan kakiku atas pilihanku sennditr, atau berjalan atas kehendak orang tua namun bukan atas inginku. Hanya bentuk kepatuhan seorang anak kepada orang tuanya. Lantas, apakah aku harus memilih salah satu darinya?
Sungguh diri ini dilema. Aku ingin menjadi seorang yang seperti aku cita-citakan dari kecil, namun kelaurga terus menentang.
"Tidak ada gunanya, gak ada hasil!"
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dalam otakku, bahkan menembus sum-sum tulangku. Begitu melekat. Ada semacam ketakutan ketika aku harus melakukan apa yang aku sukai. TEKANAN, aku tertekan dengan keadaanku. Diantara kepatuhan dan cita-cita.
Aku hanyalah seorang penulis pemula, yang masih terus belajar. Kukatakan padaku bahwa jalan menuju kesuksesan memang terjal, dan kukatakan pula segalanya takkan mungkin instan karena semuanya berproses. Sungguh aku memahami akan hal ini. Aku jatuh bangun dalam menulis, aku menyadari ini adalah proses. Walaupun berkali-kali aku gagal, kelak pasti ada kesuksesan jika aku tak menyerah dan terus berusaha. Sungguh aku sadar. Menangis, bangkit lagi. Itu yang aku lakukan ketika aku gagal. Karena memang semua butuh proses.
Namun, sungguh berbeda dengan padangan keluargaku. Apa yang dilakukan tentu harus ada hasilnya, jika tidak semuanya sia-sia. Tidak ada gunanya. Aku berusaha tuk meyakinkan akan sebuah proses, namun apa yang kulakukan sia-sia. Hanya kecewa dan tangisan yang mampu kuhadapi.
Acapkali aku sering menangis, haruskah aku berhenti menulis dan menuruti keiginan orang tua? menjadi kerja yang pasti dan melupakan tentang menulis. TIDAK BISA! Aku pernah melakukan, dan aku tak mampu untuk menghentikan menulis.
Bagiku menulis adalah nafas, nafas kehidupanku. Dan jika nafas itu direnggut, maka aku akan mati. Begitulah kehidupanku tanpa menulis, hampa dan sepi. Duniaku menjadi tak utuh. Sungguh aku tak ingin dipisahkan dengan apa yang aku sukai
Hanya saja keadaan belum mendukungku. Kini, yang bisa kulakukan hanya backstreet menulis. Dalam ketakutan aku berusaha menulis, dalam tekanan itu aku tak mau terkungkung. Aku akan tetap menulis. Namun satu hal, aku tetap tak mau menjadi anak durhaka kepada orang tua. Aku ingin tetap menjadi sosok yang patuh. Tak kubantah larangan itu, hanya diam dan terus berdoa, dibukakan hati mereka agar ijin itu bisa diperuntukkan padaku. MENJADI PENULIS.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad
Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...
No comments :
Post a Comment