Saturday, 11 May 2019
Review Film Korea
Review: My Wife Got Married
Zahara Putri
Awal pertama melihat film ini, dari ketidaksengajaan bangun di
tengah malam. Kesulitan tidur, menjadikan TV sebagai pelampiasan rasa jenuh.
Saat itu film romance Korea ini sudah hampir separuh penayangan. Namun, saya
tetap melanjutkan menonton. Sepertinya menarik.
Pada umumnya, baik film, sinetron, atau drama lebih sering
menceritakan tentang poligami, tapi berbeda dengan film ini, lebih memilih
berbeda dengan yang lain, mengusung tentang poliandri. Film yang diangkat dari
novel terlaris dan tayang tahun 2008, diperankan oleh Kim Jo-hyuk dan So Ye-jin
Berawal dari sepasang kekasih yang saling mencintai, tetapi sang
wanita lebih menyukai kebebasan dan tidak suka dengan banyak aturan. Perjuangan
sang pria mulai dari saat mereka menjadi kekasih, bagaimana ia meyakinkan
kekasihnya bahwa pernikahan itu penting. Berkali-kali melamar, tetapi ditolak
kekasihnya. Namun,
pria itu tidak menyerah, bahkan syarat yang diajukan kekasihnya ia harus menuruti.
Tidak suka diatur, tidak mau terkekang, dan bebas melakukan apa yang ia mau,
bahkan jika pun pulang malam atau dini hari nantinya setelah menikah, sang pria
harus memaklumi.
Karena begitu cinta dengan kekasihnya, pria tersebut menurutinya.
Sang wanita akhirnya luluh dan menerima lamarannya. Setelah menikah hidup
mereka semakin bahagia, bahkan sang pria semakin mencintai istrinya. Ia tetap
berusaha sabar dan mencoba memaklumi ketika istrinya pulang dini hari, karena
minum-minum atau ngumpul bareng teman kantornya. Namun, terkadang sebagai
manusia normal, ia terkadang melihat istrinya melakukan hal seenaknya dan
pulang dini hari. Lantas setelah itu ia akan berusaha memaklumi lagi dan tetap
mencintai istrinya. Asal hati istrinya untuknya dan mereka hidup bersama, itu
tak menjadi masalah.
Permasalahan mulai datang
saat istri meminta menerima tawaran kerja di kantornya, ditempatkan di kota
lain. Sang suami terus menolak, ia tidak bisa jauh dengan orang yang
dicintainya. Namun, istri terus merajuk dan memohon, meyakinkan suaminya bahwa
mereka akan tetap bertemu di akhir pekan. Jika rindu, cinta mereka semakin
bertambah. Akhirnya suami mengabulkan permintaan istrinya dengan berat.
Memang benar awal-awal mereka terpisah dan hanya bertemu di akhir
pekan, menjadikan cinta dan kerinduan semakin besar. Bahkan untuk melakukan
hubungan suami istri dan bermesraan mereka semakin bergairah. Namun, itu hanya
di awal-awal.
Bulan-bulan berikutnya, sang istri mulai jarang pulang di akhir
pekan. Hingga suatu hari istrinya mencoba jujur bahwa ia mempunyai lelaki lain
dan ingin menikah dengan lelaki tersebut. Kaget, sakit hati, kecewa itulah yang
suaminya rasakan.
Suami menyuruh istrinya memilih, dia atau lelaki yang baru ia
cintai. Istrinya tidak bisa memilih, baginya keduanya berarti dan ia cintai.
Maka dari itu istri jujur dan tidak ingin membohongi suaminya.
Tentu alasan istrinya tidak bisa ia terima begitu saja, ia ingin
berpisah dan merasakan sakit hatinya sendiri, tetapi istrinya tidak mau.
Melihat istrinya menderita dan terus meminta maaf, akhirnya suaminya pun
menyerah, memilih mengalah.
Bagaimana ia harus sakit hati melihat istrinya dengan lelaki lain,
bahkan ketika mempunyai anak pun, sang suami terus bertanya anak tersebut hasil
dirinya dan istri atau istrinya dan suami keduanya.
Pria itu terus menjalani hidupnya dengan rasa cemburu, terluka dan
siksaan hati. Merahasiakan semua dari keluarga dan teman-temannya. Sedangkan
istri kedua bahagia dengan suami keduanya.
Beruntungnya suami kedua tidak mencoba memusuhi suami pertama, ia
berusaha akur, sesama suami yang hidup akur, bahkan dianggap kakak sendiri.
Dan ending yang bikin nelangsa, suami pertama akhirnya menerima
kenyataan dan berusaha ikhlas. Berdamai dengan hidup yang ia jalani. Apalagi
setelah ia tahu, anak yang dilahirkan istrinya buah hasil dirinya dan istrinya.
Secara akurat dicek pada test DNA.
Ternyata, walau istrinya mempunyai suami kedua, ia tetap prioritas suami
pertamanya. Ketika hubungan dengan suami kedua, sang istri menyuruhnya
menggunakan pengaman, beda ketika dengan suami pertama. Bahkan nama anak yang
ia berikan tetap menggunakan nama yang disukai suami pertamanya. Hal-hal
romantis yang dilakukan suami pertama, tidak ia lakukan dengan suami kedua.
Dari situlah suami pertama, menerima keadaan. Istrinya tetap mencintainya.
Cinta yang mempunyai porsi masing-masing dan tidak bisa memilih. Seperti kata
istrinya, "Ketika ada lelaki lain, bukan memecahkan hati, tetapi semakin
menguatkan."
Statement istrinya tentunya banyak yang menolak, tetapi baginya asal
tetap bersama istri dan anaknya dan hidup bahagia, ia tidak peduli walau ada
suami kedua.
Jika kalian nonton film ini, siap-siap baper dan kecewa. He. Namun,
menurutku film ini bagus. Suka akting istrinya, dan kasihan dengan wajah menyedihkan
suaminya. Top pokoknya!
Lawang,
8 Mei 2019
05.
14 WIB
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad
Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...

No comments :
Post a Comment