Thursday, 15 December 2011
HIKMAH SEBUAH PERJALANAN
HIKMAH SEBUAH PERJALANAN
Waktu aku membaca postingan mas Rama untuk mengajak teman-teman ketemuan di Surabaya, aku langsung tersontak dan tertarik. Wah …. Aku pengen ketemu! Just it! Hanya itu yang aku pikirkan.
Aku langsung menghubungi teman-teman di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Aku posting di rumah pena, aku sms teman-teman dan jawabannya “Aku gak bisa Za, aku bla bla bla…” huwaaa, nih teman-teman kenapa pada kompakan sibuk semua? Hadeww, aku berangkat ma siapa?!.
Aku mencoba sms mas Rama, tanya ia ada dimana, kapan datang, pulang kapan, nanti ketemu siapa saja dan banyak lagi pertanyaanku. Mungkin mas Rama bising kali ya HP selalu berbunyi dan itu smsku terus, haha. Bosan-bosan dah!
Pada hari Sabtu, 1 Oktober 2011 mas Rama udah sampai di Surabaya tapi aku tak bisa kesana, kenapa? karena banyak pekerjaan rumah yang harus aku kerjakan dan banyak hal lain yang harus aku selesaikan. Aku berharap besok aku bisa menemuinya. Dan aku masih tetap berusaha menghubungi teman-teman untuk bisa diajak berangkat bersama untuk menemui mas Rama.
NIHIL .. hingga hari Minggu aku tetap sendiri. aku coba memikirkan lagi, aku jadi ke Surabaya tidak ya?! Duh pusing nih banyak ketikan yang belum rampung jika aku tinggal semakin tidak beres apalagi ada lomba yang deadlinenya hari ini, mampus deh gue. Selain itu aku udah kepalang bilang sama Mbak Achi kalau nanti malam akan kursus, udah janjian juga sama beberapa teman untuk online, ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Fuah.. agenda hari Minggu teramat padat!
Pada awalnya aku menganggap hari Minggu ini sangat menyebalkan, dari pagi ibuku marah-marah terus, namun bagaimanapun aku terus memikirkan untuk ke Surabaya. Apa yang harus aku lakukan ya agar bisa ke Surabaya? bahkan ketika mengetikpun aku terus memikirkannya.
Aku mencoba sms mas Rama, sms dan sms, Wah aku parah kalau disuruh sms, gak bisa berhenti. Maaf ya mas Rama aku tanya terus? entah kenapa keinginanku pergi ke Surabaya begitu menggebu, lebih dari sekedar bertemu. Ada suatu hal yang mendorongku untuk pergi dan ketika keinginanku begitu kuat, maka harus dituruti. Atau mungkin karena aku sudah menganggapnya sebagai kakak jadi aku harus menemuinya? ah entah! atau karena aku ingin konsultasi?! Hemz... maybe!
Sebenarnya aku sadar diri sih, kayaknya hal ini akan sulit bagiku. Karena kenapa? aku gak punya uang. Hahaha. Kacaw deh, belum gajian sih!. Aku mencoba mencari uang di dalam almari barangkali terselip, tak ada!. Duh… coba meminta ibu gak ada juga, ah gimana ya? selain itu HP aku dipinjam adikku, kami bertukar HP, aku pikir nomer mas Rama masih tersave ternyata tidak. Aku melihat jam sudah dekat dengan jam keberangkatan kereta.
Aku menunggu sms tak ada sms, wah mungkin memang aku gak jadi ke Surabaya saja. Aku mulai manyun dikamar, tak ada uang, gak bisa menghubungi mas Rama, bahkan keretapun sudah lewat. Aku mau melanjutkan mengetik tapi gak bisa konsen. HIks, pengen nangis… mau ke Surabaya saja susahnya minta ampun. Mau pinjam uang ternyata juga sama saja, gi boke’.
Tiba-tiba selang beberapa menit lamanya ada sms masuk
“Okey Zee, aku tunggu”
Aku pikir itu mas Rama, langsung aja aku katakan kendalaku kenapa gak bisa pergi, dengan sangat menyesal aku meminta maaf karena gak bisa menemuinya. Bebeberapa detik kemudian ada sms balasan yang mengatakan bahwa itu adalah nomernya mbak Achi membicarakan tentang proyek Rumah Pena, wahaha… antara malu dan ingin tertawa aku membalas sms mbak Achi, sekalian juga tanya nomer HP mas Rama. Maaf juga ya mbak Achi, bukan karena nomernya gak disave, ini semua gara-gara ganti HP, jadi beberapa nomer teman-teman gak muncul namanya.
Setelah benar-benar yakin bahwa itu nomer mas Rama, aku lalu sms dan katakan kendalaku. Keinginanku untuk bertemu dan juga beberapa penghalang ketika akan pergi. Ia menanggapinya dengan baik dan rela menanggung biayaku pulang dan pergi. Wah… baik sekali. Tapi bagaimanapun aku harus tetap punya pegangan uang untuk berangkat. Dan aku cukup malu katakan hal ini.
Aku mencoba mengatakan ke Bapakku dan katakan akan ke Surabaya, kata bapakku jika memang gak ada uang lebih baik gak usah berangkat. Kukatakan pada beliau tidak usah khawatir untuk pulangnya, aka ada yang membiayai. Akhirnya bapak mengijinkan aku pergi dan memberikan aku sedikit uang.
Kumantapkan, akan pergi dan kukatakan pada masa Rama aku segera berangkat. Ia mengucapkan terima kasih karena aku mau menemuinya. Harusnya aku yang berterima kasih, karena ia mau menemuiku dan membiayai perjalananku. Baik sekali… jarang sekali aku menemukan orang-orang baik?! Dan aku benar-benar yakin mas Rama memang baik.
Aku mengabari mas Rama tentang keberangkatanku, aku juga memberi tahu temanku kalau hari ini tidak bisa online dan sekali lagi ijin ke mbak Achi untuk bolos kursus. Dasar bandel ya?? Hihi... jewer aja mbak! He.
Mungkin aku tak bisa naik kereta api karena memang sudah telat. Aku akan naik bus, walau aku tidak terbiasa. Namun entah kenapa, aku tidak langsung mencari bus. Aku ingin ke stasiun kereta api. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara kereta api yang jalan di depanku. Lho ini kereta kemana?! Apakah ada kereta api ke Surabaya jam 11? Aku mencoba mengejarnya. Berlari mengejar kereta api, hahaha. Ini sangat lucu.
Alhamdulillah setelah sampai stasiun, kereta api itu tidak segera berangkat. Kutanyakan ke beberapa orang, itu kereta arahnya mau kemana? katanya mau Surabaya. Wah.. kalau begitu mending aku naik kereta saja, lebih cepat dan murah.
Aku menuju ke loket pembelian karcis. TUTUP. Kenapa ya? aku berlari ke pegawai KA yang ada di belakang dan mencoba menanyakannya. Loket memang ditutup, kereta api juga mau berangkat. Penumpangnya cukup banyak. Aku menatap gerbong kereta api dengan kecewa. Memang cukup sesak.
Beberapa penumpang disana menanyakan, aku mau kemana? Kukatakan aku mau ke Surabaya dan mereka menyuruhku langsung saja naik. Tapi aku gak punya tiket?! mereka tetap mempersilahkan aku ikut saja. Aku lirik kekanan dan ke kiri. Melihat apa petugas KA memperhatikan aku tidak.
“HAP!” aku langsung melangkah naik ke gerbong
Dan akupun benar-benar menaiki kereta api tanpa membeli tiket, aku tersenyum atau kalau perlu aku ingin tertawa dengan kelakuanku, Aku langsung masuk ke dalam, tak ada tempat duduk. Aku berdiri dengan beberapa orang. Tepat di dekat pintu sambungan gerbong, Walhasil, aku sering kena dorong, ditabrak penjual makanan dan bahkan kena kardus orang jualan buku. Duh berat tuh! Ya apes, kalo cari gratisan memang seperti ini, hihi.
“Mbak di belakang ada tempat yang kosong lho” salah satu penjualan minuman memberi tahu diriku, akupun mengikuti sarannya dan ternyata benar, ada tempat kosong. Fuih.. lega juga akhirnya aku bisa duduk.
Sesekali aku was-was, kalau saja ada ada pemeriksaan tiket jika memang ada apa yang harus aku lakukan ya? sembunyi? atau jujur atau langsung kasih uang saja? Atau pasang tampang melas? Hehe. Namun hingga sampai Surabaya, tak ada pemeriksaaan tiket sama sekali. Yeah…. Aku aman! Aku bersorak dalam hati dan senyum-senyum sendiri.
Kukatakan pada mas Rama aku sudah sampai Surabaya dan kusebutkan ciri-ciriku beserta tempatku menunggu. Selang beberapa menit ada seorang lelaki berjalan didampingi 2 wanita, mereka berdua melihat dan tersenyum padaku. Benarkah itu mas Rama? ternyata memang benar mas Rama buta tapi yang aneh dan kurasakan ketika aku ngobrol, sms dan fban sama sekali aku tak merasakan bahwa mas Rama seorang tuna netra. Aku merasa mas Rama sama seperti orang normal biasanya.
Mas Rama menyapaku, aku dikenalkan juga dengan 2 wanita tersebut, teman dan tunangannya yang cantik. Namanya mbak Mega dan mbak Isye. Mereka juga ramah. Aku tersenyum dan menyambut dengan baik perkenalan tersebut. Ketika di dalam mobil, aku masih takjub dan keheranan. Mas Rama sangat menyenangkan, justru dia yang mengawali berbicara dan terus mengajakku bercanda dan ngobrol apapun.
Di dalam mobil aku juga dikenalkan dengan Dharma, adik mbak Mega yang juga tuna netra. Sama seperti mas Rama, Dharma sosok yang menyenangkan dan suka bercanda. Sama sekali tak ada beban bahwa ia tak bisa hidup normal seperti manusia pada umumnya, tanpa mampu melihatpun ia sudah cukup bahagia dan menikmati hidupnya.
Menurut mas Rama, Dharma jauh-jauh dari Banjarmasin hanya ingin belajar, wow… dia seorang tuna netra tapi keinginan belajarnya sangat tinggi dan rela bepergian yang cukup jauh demi sebuah ilmu. Tanpa mampu melihat dunia dengan pandangan mata, ia tetap melihat dunia ini dengan perasaannya, tekatnya! Sungguh aku takjub, dengan mas Rama dan juga Dharma.
Harusnya yang menghibur aku sebagai seorang yang normal, tapi justru terbalik. Mas Ramalah yang memberiku semangat, motivasi dan dukungan. Aku harus give up dalam hidup. Ia menceritakan tentang pengalamannya, kehidupannya, masa-masa sulit dirinya. Tak ada penyesalan, ia menceritakan dengan kelegaan, seolah-olah semua yang terjadi padanya mampu memberikan ia pelajaran untuk menjadi lebih kuat.
Aku bangga dengan ketegarannya menjalani hidup dan keadaannya kini yang tanpa beban, lepas dan bebas. Tidak tenggelam dalam masa yang suram, tapi bangkit. Hal inilah yang harus kucontoh, tidak menjadi pribadi yang hanya bisa menyalahan diri sendiri dan tepuruk.
Apa yang kamu pikirkan maka itulah apa yang akan terjadi padamu nanti. Jika kau ingin sedih maka kau akan sedih, namun jika kau ingin berjuang dan berubah, maka kamu akan berubah dan menjadi lebih baik. Mungkin ini yang bisa aku pelajari. Tidak stugnent, harus move on. Hidup itu pilihan, mau bertahan dengan kesedihan dan tidak mau bergerak, atau berusaha, bergerak dan memperjuangkannya, menjadi hidup yang lebih baik?! aku memilih mana? tentu aku akan memilih pilihan yang kedua.
Akupun diajak ke ruman tantemya mas Rama, memperkenalkan tunangan mas Rama yang cantik itu ke tantenya dan memperkenalkan aku, mbak Mega dan Dharma sebagai temannya. Awalnya aku takut masuk rumahnya, ada anjing yang besar, maklum tantenya nasrani. Baru setelah anjing itu dimasukkan ke kandang, kami berani masuk ke dalam. Tante mas Rama cukup ramah, disana kami juga dihidangi makan, sedang mbak Mega dan Dharma tidak bisa turut serta karena mereka vegetarian, hanya makanan khusus yang mereka makan.
Setelah dari rumah tante, kami harus mengantar tunangan mas Rama ke bandara, balik lagi ke Jakarta. Wah sayang sekali… baru saja berkenalan dan ngobrol-ngobrol sudah pisah. Aku suka dengan tunangan mas Rama yang cantik, yang bisa menebak karakterku dan memahaminya dan aku juga suka mereka berdua menjadi sepasang kekasih. Cocok sekali. Semoga saja langgeng dan memang berjodoh.
Kami mulai jalan-jalan lagi, aku diajak mbak Mega ke Hypermart belanja. Mbak Mega mempersilahkan aku mengambil apapun yang aku mau, tapi aku tetap geleng kepala. Hee. Aku mau menemani mbak Mega saja, ia menyuruhku ambil makanan, minuman aku tetap menggeleng. Baru setelah mau kelar, akhirnya aku menerima tawarannya kuambil silverquen karena kusukaanku coklat.
“Sudah?” yupz cukup, tak usah terlalu banyak. Aku tersenyum padanya.
Selang beberapa lama perjalanan ternyata mbak Mega melupakan sesuatu, Hiyaa… sendok dan garbu yang dibelinya ketinggalan. Hihi.. padahal harganya lebih dari seratus ribu. Sayang kan?! kamipun kembali. Mbak Mega pergi sendiri ke atas, sedang kami menunggu di ruang parkir. Baru saja. Mobil hendak dihentikan, ternyata sudah ada telfon minta dijemput karena barang yang ketinggalan sudah diambil Ya elah… kami melaju menjemput mbak Mega.
Kami melanjutkan perjalanan lagi, ke tempat makanan Vegan, mengantar mbak Mega makan dan membeli makanan disana. Selanjutnya perjalanan lagi dengan terus mengobrol, bercerita dan saling berbagi. Waktupun berlalu dan menjadi tak terasa karena perjalanan ini menyenangkan bagiku.
Menjelang magrib mas Rama mengajakku makan Steak, katanya mau mentraktir aku. Karena mbak Mega dan Dharma seorang vegan maka mereka tidak ikut. Aku dan mas Rama pergi makan, sedang mbak Mega dan Dharma mencari roti khusus untuk vegan tanpa telur pastinya.
Ditempat makan, aku menemani mas Rama jalan menuju lokasi dan mas Rama dituntun oleh pak Sopir hingga ke dalam. Setelah kami duduk bapak sopir mengantarkan mbak Mega mencari kue. Kami mulai memesan makanan dan aku ikut saja.
Disana mas Rama memberikan kesempatan padaku untuk bercerita, ia ingin membantuku agar aku menjadi seorang peri yang ceria. Katanya aku berpotensi, sayang jika terus bertahan dalam kegalauan. Wah baru kusadari aku akhir-akhir ini menjadi nona galau dan cukup meresahkan. Hehe.
Aku juga baru menyadari, ia memang benar-benar seorang motivator. Apa yang ia katakan mampu memberi motivasi orang lain untuk berkembang menjadi lebih maju dan baik tentunya. Solusi yang ia berikan juga tepat sasaran, ia berusaha mengetahui keadaan lawan bicaranya baru setelah itu memberi masukan-masukan dalam menyelesaikan pemasalahan yang melanda.
Apa yang dikatakannya membuatku cukup tertegun. Sangat terbalik, aku yang seorang manusia normal dan semua anggota tubuh lengkap, harus diberi motivasi oleh seorang tuna netra yang mempunyai semangat hidup yang tinggi.
Harusnya aku sadar dan harusnya aku berkaca atas segala kejadian. Allah itu takkan memberikan musibah melebihi kemampuan hamba-Nya. Dan apa yang aku alami pasti ada penyelesaiannya, jadi aku harus bangun dan terus berjuang untuk menjadi lebih baik.
Aku bersyukur dipertemukan orang-orang hebat, mas Rama dan juga teman-temannya. Mereka semua orang yang penuh semangat dan aku ingin menirunya menjadi labih baik. Bagiku ini adalah pengalaman yang indah, aku bertemu dengan teman-temanku, aku mendapat ilmu, aku berkenalan dengan teman-teman baru yang menyenangkan. Bahagia sekali.
By: Zahara Putri
Malang, 2 Oktober 2011
21. 11 WIB
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad
Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...
No comments :
Post a Comment