Sunday, 4 November 2012
LEWATI LORONG ALAMASTA
LEWATI
LORONG ALAMASTA
By:
Zahara Putri
Namaku Alfiorus, aku
terlahir sebagai lelaki dari planet Satha yang sangat jauh dari bumi. Beberapa
orang di planetku pernah membicarakan tentang bumi, bumi tempat yang penuh
dengan polusi dan manusia yang lemah. Walaupun mereka membicarakan kejelekan
tentang bumi entah kenapa aku ingin kesana, katanya disana orangnya punya hati
dengan rasa. Apa itu? Aku tak tahu.
Keluargaku memanggilku
dengan nama Yorus, namun beda dengan teman-temanku mereka lebih suka
memanggilku dengan sebutan Torus. Aku selalu saja dilecehkan oleh teman-teman
karena kemampuan belajarku di bawah mereka.
Aku kesulitan terbang
dalam waku yang lama, aku tak bisa menyulap seuatu yang wow dan sesuai
keinginanku, buntut-buntunya hanya menjadi sebuah bunga. Bahkan ketika bermain
bola api, justru aku tak bisa memasukkan bola ke ranjang lawan, aku kesulitan menangkap
bola yang berterbangan hingga akhirnya aku terbakar akan api tersebut.
Untungnya aku adalah
makhluk dari Planet Satha, jika terluka orang tuaku cukup memberikan aku ramuan
Rashk, sebuah cairan yang jika dioleskan ke tubuh akan kembali seperti semula.
Maka tak heran, jika hidup kami lebih lama. Kami memiliki usia ratusan, bahkan
kakekku hingga ribuan. Ia masih hidup. Ramuan Rashk, selain menyembuhkan luka
juga mempertahankan kami untuk tetap hidup.
***
“Torus tangkap!” Jiyo
melempar bola api ke arahku
“Aku tidak mau main!”
“Dasar kau Torus
pengecut,” ejek dirinya padaku
“Biarkan saja, toh
kalian selalu mempermainkanku.”
“Salah sendiri jadi
orang bodoh.”
“Siapa yang bodoh, enak
saja. Suatu saat akan aku buktikan kalau Yorus lebih baik dari Jio.”
“Coba buktikan?”
tantangnya
Aku meninggalkan Jio
dengan perasaan kesal, aku harus memikirkan agar agar aku bisa lebih baik
darinya. Aku sudah cukup lelah jika terus-terusan dijadikan bulan-bulanan
permainan Jio ia selalu mengejekku dan mengerjaiku.
Aku terus menapaki
jalanku dengan perasaan dongkal, pergi ke suatu tempat yang sepi. Sesekali aku
terbang, lalu aku jalan lagi. Andai, aku bisa terbang lebih lama? Mungkin
takkan sesulit ini.
Entah berapa lama aku
berjalan hingga tak kusadari, aku memasuki taman Alamasta, sebuah taman
larangan bagi bangsa kami. Namun entah kenapa, keinginanku lebih besar untuk
mengetahui kenapa taman itu dilarang.
Kuperhatikan sekeliling,
taman itu cukup indah. Tak ada yang menakutkan. Lantas kenapa dilarang?
Kemudian beberapa kupu-kupu terbang mengitariku. Indah. Tapi bentuknya berbeda.
Kupu-kupu yang kulihat lebih indah, bahkan bunga-bunga di taman juga lebih
bagus dan bermekaran.
Menurutku taman
Alamasta adalah taman terbaik dari dari taman yang pernah aku temui di planet
Satha. Sungguh aku ingin berlama-lama disini. Aku coba keliling mengitami
taman, semakin banyak keindahan dan hal yang menakjubkan yang kutemui.
Dan besok-besoknya aku
terus berkunjung ke taman ini, terutama ketika mulai dijahili oleh Jio di
sekolah, taman inilah tempatku menenangkan diri. Rasanya damai. Walau aku
sendirian tapi serasa menenangkan.
***
Aku mengambil ramuan
Rashk di kotak atas tepatnya di kamar kakek. Bukan maksud mencuri, aku hanya
meminjam. Mungkin dengan memakai ramuan ini, setidaknya aku bisa melindungi
diri dari Jio yang suka usil itu.
Kuobati lukaku dengan
ramuan Rashk di taman Alamasta akibat ulah Jio kemarin, setelah keadaan
membaik. Kumasukkan ke kantongku dan mulai mengitari taman yang indah itu. Rasa
penasaranku semakin besar, aku melangkah lebih jauh lagi.
Langkahkupun terhenti,
aku menemukan sebuah lorong yang tertutup oleh air mancur diatasnya secara
samar-samar. Aneh sekali. Aku mencoba memasuki lorong tersebut.
Baru melangkah beberapa
langkah saja aku terperosok dan terjatuh lebih jauh dan lebih lama dari yang
pernah aku rasakan.
Seolah-olah aku
terjatuh melewati udara, gelap tapi membuatku tubuhku lebih ringan. Cukup lama
aku terus merasakan tubuhku entah terbawa kemana. Lantas…
SRAK…
Aku terjatuh di atas
pohon, yang berwarna hijau. Lebih hijau dari pohon di planetku. Lebih aneh tapi
lebih indah.
“Aku dimana?” gumamku
Kulihat ke bawah ada
seorang gadis yang menangis, rupanya baru dikerjai oleh teman-temannya. Seperti
diriku yang sering dipermainkan Jio. Gadis itu berdiri di sebuah tempat yang
berwarna coklat. Apa ya? Semua makhluk disana berdiri diatasnya.
Setelah teman-temanku
pergi dengan kepuasan, gadis itu terduduk dan menangis. Akupun turun ke bawah
dan memcoba menyapa gadis tersebut. Ia terperangah melihatku, ketika aku
terbang justru ia semakin takut.
Awalnya ia takut
denganku namun aku berusaha meyakinkan dirinya akan membantu dan mengobati
lukanya. Ia mengira aku sosok hantu atau malaikat, namun akhirnya aku coba
jelaskan bahwa aku berasal dari planet Satha. Ia masih belum paham.
Akupun mulai bercerita
panjang lebar dengannya. Namanya Dhania, nama yang biasa. Lambat laun ia tidak
takut lagi padaku. Kami mulai berbincang dengan santai dan mulai berteman. Aku
juga berjanji padanya akan membantu dia ketika ia dikerjai oleh teman-temannya.
Di planet Satha aku tak
mungkin mendapatkan teman sebaik dia, dan tinggal di bumi semakin membuatku
betah. Orang bumi itu baik, walau ada yang jahat tapi tetap saja mereka lemah.
Sekali kibaspun akan musnah karena mereka tak punya kekuatan.
***
Hari berlalu kulewati
kebersamaan dengan Dhania sebagai teman. Wajah kami hampir seumuran, masih
remaja tapi usia kami beda. Dhania masih berusia 13 tahun sedangkan aku 140
tahun tapi sama-sama remaja. Aneh kan? Jaraknya jauh sekali. Waktu di bumi
sangat sebentar sekali, sedangkan di planetku tentu lama. Usia makluk disana
memang ratusan bahkan ribuan.
Suatu hari Dhania
berangkat ke sekolah, aku hanya mengikuti dia dari kejauhan. Khawatir ada yang
tahu. Namun tiba-tiba ia didekati beberapa gerombol teman-temannya, mendorong
dia hingga terjatuh.
“Dhania, pasti lo
sengaja membuat kesalahan waktu ngerjain PR-ku kemarin ya? Pengen gue kena
marah guru?” bentaknya
“Enggak kok Sha.
Mungkin saja aku kurang teliti, aku kecapean karena terus-terusan kamu suruh.”
Dania mulai gemetaran
“Alasan! Ayo guys, kerjain dia!”
Perempuan jahat itu
memerintah teman-teman yang lain untuk memperlakukan Dhania dengan tidak baik.
Akupun segera mendekatinya, dan mencoba menggunakan kekuatanku untuk menarik
mereka agar tidak bisa menyentuh Dhania.
“Hai Sya, kok langkahku
seperti ada yang narik?” salah satu temannya mengeluhkan keadaan dirinya
“Udah gak usah alasan.”
“Aku serius!”
Akupun terbang
mendekati mereka dan menggunakan kekuatanku untuk membuat mereka jera.
“Hantu.. hantu… ampun…”
“Aku beri peringatan
ya? Jika kalian masih mengganggu hidup Dhania. Akan kuhancurkan kalian!”
ancamku dengan posisi tubuhku yang masih melayang di udara
“Baik ampun…” Merekapun
lari tunggang langgang
Aku dan Dhania tertawa,
kucoba olesi luka Dhania dengan Ramuan Rashk, dan seketika itu ia langsung
takjub. Aku hanya tersenyum, walau sebenarnya dalam hati aku bangga. Ternyata
di bumi aku bisa jadi pahlawan.
***
Sudah terlalu lama aku
di bumi, aku ingin kembali ke planetku. Aku mulai berpamitan ke Dhania. Kuberikan
ia separuh ramuan Rashk agar bisa mengobati dirinya dan kuberikan cara untuk
melawan musuhnya. Kusulapkan sebuah bungan cantik untuk dirinya. Pertemanan ini
takkan aku lupakan.
Akupun kembali ke pohon
dimana pertama kali aku turun. Aku mencoba mencari jalan untuk kembali ke
planetku. Dhania melepasku dengan linangan air mata. Sungguh tak pernah aku
dapatkan teman sebaik ini. Terima kasih Dhania, suatu saat kita pasti bertemu.
***
Dalam sekejab aku
kembali di taman larangan, di planet Satha. Aku berlari pulang, pasti
keluargaku mencariku. Tapi ternyata tidak, katanya aku baru keluar beberapa
menit yang lalu. Aneh. Padahal sudah berhari-hari.
Kakek mulai
sakit-sakitan dan tak bisa menemukan ramuannya, aku meminta maaf karena mencuri
ramuan tersebut. Kucoba oleskan ramuan namun sia-sia. Kakek tetap
kesakitan. Ayah dan ibu marah karena aku
berani mencuri ramuan itu.
Sungguh aku menyesal,
apalagi sebagian isi ramuan kuberikan kepada orang bumi. Aku berdoa semoga
keadaan kakek segera pulih. Setelah berhari-hari, keadaan kakek agak membaik.
Aku dihukum keluargaku
untuk tetap di rumah dan harus terus latihan hingga kekuatanku keluar semua,
tak boleh bermain lagi. Aku hanya bisa menerima dengan pasrah.
Namun ada satu hal yang
berharga dari kesalahan yang tak pernah aku lupakan, arti sebuah persahabatan. Sangat
indah. Berharap suatu saat kami akan dipertemukan.
END
By:
Zahara Putri
12
April 2012
06.10
wib
* Terbit di buku Negeri Dongeng
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad
Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...
No comments :
Post a Comment