Tuesday, 18 June 2013
KEREN DENGAN BATIK
KEREN
DENGAN BATIK
By:
Zahara Putri
Hari yang aku tunggu
adalah ketika ada acara “Malang tempoe doelo” di kotaku, acara ini diadakan
setahun sekali. Tempatnya di jalan Ijen, yaitu jalan raya yang cukup luas dan
sejuk. Bagiku jalan yang indah di Malang adalah jalan Ijen, tamannya yang bagus,
bersih dan perumahan mewah. Melewati jalan Ijen membuatku tersenyum, bangga
dengan kota Malang, ternyata masih ada jalan raya yang bisa dinikmati.
Ini adalah tahun kedua
aku aku datang ke acara MTD, begitu kami menyebutnya. MTD adalah singkatan dari
Malang Tempoe Doelo. Waktu itu aku datang
bersama teman-temanku komunitas film yaitu Indie-E. Sebelum ke lokasi kami
janjian di suatu tempat, untuk kumpul bersama. Karena kami pergi tidak hanya
satu dua orang, lebih dari 10 orang, tentu sangat rame dan menyenangkan.
Kami semua sepakat
memakai batik dan berdandan yang keren, apakah bisa? tentu saja!. Walau dengan
pakaian batik kami tetap bisa bergaya dan tampil dengan keren. Yang wanita
memakai kebaya tapi dengan tampilan modern, ada yang rambutnya dikepang, dikuncir
dan jika yang memakai kerudung ada yang dimodel seperti mbok tukang jualan jamu. Hahaha…. ada-ada
saja penampilan teman-teman.
Kami mulai berdandan
dan heboh sendiri, terutama yang cewek suka ribet dan lama tapi tetap seru.
Sebelum berangkat kami berpose, foto-foto dulu. Narsis-narsisan, gak narsis gak
akan seru!. Gak cuma cewek aja yang narsis, cowok juga ikut-ikutan gabung foto
senarsisnya.
Setelah kami semua
terkumpul kami mulai berangkat secara bersamaan ke lokasi. Dikarenakan jumlah
kami banyak maka kami cari angkutan umum yang kosong. Kami semua masuk di mobil
dengan desak-desakan. Bahkan ada yang saling memangku dan duduk di bawah tanpa
kursi. Hahaha. Terlalu full jumlah penumpangnya, moga mobilnya gak mogok. Hihi.
Sampai MTD kami
langsung bernafas lega. Jalanan macet sekali. Harusnya perjalanan tidak terlalu
jauh tapi terhalang macet gara-gara ada acara MTD sehingga menyebabkan perjalanan
menjadi lebih lama.
Aku perhatikan
sekelilingku. Wow… suasana ini benar-benar zaman dulu sekali. Ada warung, bangunan-bangunan
kuno, sepeda kuno, dan pengunjungnya memakai baju batik dan bergaya manusia
zaman penjajahan.
“Yuk jalan!” ketua kami
mulai memandu
Ketika kami hendak
melangkahkan kaki untuk berkeliling, tiba-tiba air hujan mengguyur kami.
Huwaaaa… kami semua berhamburan dan mencari tempat berteduh. Kami berteduh
dibawah pohon secara terpisah karena kalau satu pohon untuk 10 orang tentu
tidak cukup. Hahaha.
Sambil menunggu hujan
reda kami bercanda ngalor-ngidul dan cekikikan sendiri, bikin gaduh suasana. Ada
juga beberapa teman yang kelakukannya gak ada malunya dan pastinya gokil habis?!
Hahaha. Aku yang sebenarnya kegigilan gara-gara kedinginan tapi serasa jadi
hangat melihat kelakar mereka.
Hujan tak kunjung reda,
tapi sudah cukup membaik walau masih rintik-rintik. Akhirnya kami semua
memutuskan tetap jalan dengan keadaan hujan yang rintik-rintik. Kami gunakan
sarung beberapa teman-teman cowok untuk dijadikan penutup kepala. Haha, manfaat
toh?, lalu kami berjalan seperti kereta api melihat suasana sekeliling MTD.
Di sela-sela perjalanan
kami selalu menyempatkan foto-foto, tentu dengan gaya senarsis-narsisnya. Hujan
juga sudah mulai reda. Kami tak pernah melewatkan tempat-tempat yang menarik.
Seperti jempatan bambu, persawahan, mobil zaman penjajahan belanda, sepeda kayu
ataupun sepeda kuno. Tentu banyak hal-hal yang kuno. Mulai dari makanan sampai
pakaian. Semuanya serba kuno.
Kami bersama-sama
membeli gulali yang sekarang sudah jarang kita temui, semacam permen manis yang
ditancapkan di lidi dan lengket. Di MTD banyak sekali makanan kuno yang
sekarang sudah jarang ditemui dan namanya unik-unik, benar-benar nama tempo
dulu banget, he.
Rasanya akan kurang
lengkap kalau kami datang ke MTD tapi tidak sekalain terjun ke persawahan
buatan yang memang benar-benar seperti sawah yang sesungguhnya. Ada lumpur, ada
padi, ada bambu untuk air mengalir. Wah hebat sekali?! Serasa di pedesan dan
tempo dulu banget!.
Kamipun langsung mulai
beraksi, mengangkat celana kami lebih tinggi sedangkan aku mengangkat rokku
agar tidak kena lumpur walaupun aku terjun di persawahan yang penuh dengan
lumpur.
Aku mulai
narsis-narsisan foto, bergaya membajak sawah, menanam padi dan banyak gaya,
haha. Kami paling heboh sendiri, rame sendiri dan paling berani terjun langsung
ke persawahan. Gak takut kotor walaupun berlumpur. Kami tertawa dan selalu
bersama dalam kekompakan kami. Tanpa sadar kami, akhirnya kami menjadi pusat
perhatian pengunjung di sekitar sana. Mereka memperhatikan kelakukan kami, bahkan
ada yang mengambil foto kami. Semoga panitia acara ini gak tahu kalau kami
merusak sawahnya, hahaha. Kalau ketangkap? Kaburrrrr.
Setelah kami melakukan
aksi gila-gilaan, kamipun mulai membersihkan diri. Di air yang mengalir dari bambu, wah… benar-benar
zaman dahulu kala. Suasana ini sangat tempoe
doeloo dan kami sangat menikmatinya.
Tiba-tiba ada seorang
reporter TV local mendatangi kami, mminta kami untuk memberikan kesan tentang
MTD. Wah mimpi apa kami tiba-tiba langsung ada syuting dadakan?! He. Akhirnya
kamipun kompak menjawab segala pertanyaan dan memberikan kesan yang bagus
dengan segala kekompakan kami dan kelakuan gila yang membuat ngakak. Selain itu
kami memperkenalkan komunitas kami sebagai komunitas pembuat film indie, biar
semakin berkibar sayapnya. Hoho.
Tak terasa waktupun
semakin malam, kenapa waktu begitu cepat berlalu ketika kebersamaan mulai ada?
Indahnya persahabatan dan kekompakan mungkin inilah yang dirasakan sehingga
semua begitu cepat. Akhirnya kami mulai melakukan perjalanan pulang dengan
keadaan baju batik kami sedikit kotor karena kena lumpur.
Namun belum sempat
keluar dari jalan Ijen, tiba-tiba ada seniman jalanan lewat menabuhkan alat
musiknya dan melantunkan nyanyiannya. Dan bukan kami kalau gak cari sensasi,
tiba-tiba teman-teman berhambur joget mengiringi tabuhan musik, teman-teman
cowok maupun cewek. Hahaha.. aku hanya bisa tertawa. Karena aku tidak bisa
joget aku hanya bertepuk tangan.
Para pengunjung lalu
mendekat melingkar mengelilingi kami. Apa yang dilakukan teman-teman akhirnya
menjadi sebuah pertunjukan gratis yang layak dilihat. Sungguh aku tidak
menyangka, teman-temanku kepercayaan dirinya kelewat tinggi dan aku bangga
menjadi bagiannya.
Setelah pertunjukan
selesai, para pengunjung memberikan uang dan lumayan banyak. seniman jalanan itu
berterima kasih kepada kami. Alhamdulillah dengan aksi kami yang gila-gilaan
ternyata bisa membantu orang lain.
Akhirnya kamipun pulang
dengan perasaan sangat lega dan bahagia. MTD menjadikan kami kembali ke masa
lalu, bangga dengan baju batik yang kami gunakan dan bangga dengan kebudayaan
kami.
Walau kami memakai
batik tapi kami masih tetap keren, dan untuk selanjutnya? Aku takkan pernah
malu memakai baju batik dalam setiap keseharianku. Karena menurutku batik itu
sangat keren!.
By:
Zahara Putri
Malang, Sabtu 8 Oktober 2011
16.27 WIB
*terbit di antologi Baju Muslimah Azizah
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad
Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...
No comments :
Post a Comment