Tuesday, 18 June 2013
RUMAH MUNGIL
RUMAH
MUNGIL
by: Zahara Putri
Seorang teman
mengajakku bertamu ke rumahnya, sungguh kehormatan bagiku untuk berkunjung di
rumahnya. Ia menawarkan aku mengerjakan pekerjaan kantorku yang belum rampung,
dikarenakan harus konek dengan internet dan sangat tidak mungkin kukerjakan di
rumah akhirnya ia meminjamkan aku laptopnya beserta modemnya.
Kami memasuki lorong
kecil menuju rumahnya, cukup sempit namun nyatanya di dalam lorong itu masih
banyak perkampungan. Dan ketika menuju rumahnya, memasuki jalan yang lebih
kicil lagi, hanya bisa dilewati oleh satu sepeda motor. Temanku memberhentikan
sepeda motornya di depan rumah yang mungil.
“Silahkan
masuk Bu, inilah rumah saya.”
Kumati rumah tersebut.
Cukup kecil dan mungil, bisa kubayangkan jika ada banyak tamu ataupun kerabat.
Pasti rumah ini akan sesak, dan jika dihuni oleh banyak keluarga mungkin tidak
akan cukup.
Akupun duduk di ruang
tamu, masih kupandangi dengan takjub rumah mungil ini. Ruangan tamu yang hanya
cukup untuk tiga kursi dan meja kecil, lalu keberadaan TV di ruang tamu semakin
mempersempit ruangan tamu.
Temanku menyalakan
laptop, dan mempersilahkan aku kembali bekerja. Lalu ia ke belakang, membuatkan
aku minuman. Aku mencoba larut dalam pekerjaanku, namun sinyal cukup tidak
mendukung padahal data harus dimasukkan secara online.
Temanku datang dengan membawakan
aku makanan kecil dan minuman, mempersilahkan mencicipinya.
“Bu Indah, gak ada
sinyal nih, bagaimana?” tanyaku
“Wah. Mungkin karena di
bawah. Bagaimana kalau mengerjakan di loteng. Biasanya sih ada.”
“Lho
ada lotengnya?” kataku heran
“Ada, satu kamar di
atas. Kamar disini kan ada dua, di bawah dan di atas.”
Akupun mulai mengikui
langkah temanku. Jalan rumahnya sangat sempit. Bisa dilewati satu orang saja,
jika dua orang mungkin anak kecil. Disebelah ruang tamu ternyata langsung kamar
yang ukurannya juga mungil, lalu kamar mandi yang sangat sempit selanjutnya dapur
kecil. Setelah itu tidak ada ruangan lagi, kecuali menuju loteng. Di kamar
atas.
Kamar di atas, cukup lebar
dari ruangan yang ada di bawah, disini lebih bebas dan benar ternyata sinyal
sangat lancar. Akhirnya aku mulai bergelut dalam pekerjaanku.
Dalam hati aku hanya
membatin, sungguh salut diriku pada temanku dalam rumah mungilnya ditinggali
oleh dirinya, anak dan suaminya namun tetap bahagia. Rumah itu memang cukup
mungil namun sudah bisa dijadikan tempat tinggal yang nyaman.
Mungkin memang
bagaimanapun keadaannya, kita harus tetap bersyukur. Walaupun dalam rumah yang
mungil hal itu juga masih tetap banyak manfaatnya. Setidaknya melindungi dan
hujan dan panas, menjadi istana bagi penghuninya.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad
Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...
No comments :
Post a Comment