Saturday, 22 June 2013
PENGANGGURAN
PENGANGGURAN
YANG MENJADI TREN
By: Zahara Putri
Negara Indonesia adalah
Negara yang mempunyai penduduk yang sangat besar. Bahkan program KB yang
diterapkan oleh pemerintah masih tetap tidak bisa mengurangi jumlah penduduk
yang ada di Indonesia. Bahkan tidak banyak pula yang tidak menggalakkan KB,
sehingga jumlah penduduk semakin membludak.
Dengan adanya jumlah
penduduk yang besar, maka jika dikaitkan dengan pekerjaan, seharusnya lapangan
pekerjaan juga memenuhi. Namun sungguh disayangkan, lapangan pekerjaan yang ada
di Indonesia tidak bisa menampung banyaknya penduduk yang ada.
Mahasiswa yang lulus kuliah,
dengan bangga akan katakan mereka adalah calon pengangguran baru. Hal ini
dikarenakan, mencari pekerjaan cukuplah sulit. Tidak bersesuaian kebutuhan yang
lapangan yang tersedia.
Apalagi, banyak kita dapati
lowongan pekerjaan yang tersedia membutuhkan SDM yang berpengalaman, setidaknya
2-3 tahun. Bagaimana seorang sarjana yang baru lulus kuliah ditekankan untuk
mempunyai pengalaman kerja sedangkan kesempatan tidak ada? Bukankah ini
menyedihkan.
Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika pengangguran dijadikan suatu tren karena mereka sudah mulai
putus aja. Tidak adanya kesempatan dan ketika melakukan pengajuan lamaran
kerja, akan didapati banyaknya penolakan-penolakan.
Mungkin aka ada beberapa
lulusan perguruan tinggi, mempunyai keberuntungan dalam hal pekerjaan. Bisa
jadi karena ketika dia di kampus menjadi seorang aktifis dan mempunyai banyak link, baik berupa info pekerjaan atau
ada beberapa orang dalam yang mengajaknya bekerja. Jika seperti ini tidaklah
terlalu sulit bagi mereka. Kuliah dengan nilai memuaskan, pekerjaanpun
terjamin. Hal ini adalah suatu keberutungan tersendiri dari masing-masing
orang.
Namun bagaimana nasib
lulusan yang hanya bisa mengandalkan ijazah? Pengalaman belum ia miliki. Dan
ketika mereka mencoba terjun ke lapangan, penolakan akan mereka dapati karena
pengalaman tak mereka miliki.
Tidak mengherankan jika
banyak mendapati pengangguran meraja lela, bukan karena tidak mau bekerja tapi
kesempatan memang tidak ada, jika memang ada sangatlah minim.
Sesungguhnya seorang
pengangguran tidaklah berkeinginan apalagi bercita-cita menjadi pengangguran. Namun
mereka tak mampu berbuat apapun, ketika pikiran buntu, merekapun tak bisa
berpikir dan pada akhirnya pada satu titik putus asa.
Dengan keadaan yang tidak
stabil, mereka juga akan mendapati banyak tekanan. Dari keluarga, teman, belum
lagi sunggingan dari tetangga. Ejekan dan hinaan itu pasti ada dan tertuju
untuk seorang pengangguran.
Pernah saya mendengar ejekan
yang tidaklah asing dan ditujukan bagi pengangguran, semisal ejekan seorang
tetangga yang dulu pernah ditujukan ke saya ketika saya belum bekerja di kantor
dan hanya menjadi pegawai fotocopy.
“Lulusan sarjana kok kerja
di fotocopy-an? Ya percuma sekolah tinggi-tinggi. Masih mending anakku yang
lulusan SD kerja di paprik. Gajinya gede!”
Sungguh hati saya waktu itu
sakit yang teramat luar biasa, tapi saya pendam dan diamkan. Saya mencoba
menenangkan diri dan berfikir, bekerja di fotocopy
masih lebih baik asal itu halal daripada harus menjadi penjahat karena putus
asa tidak mendapatkan pekerjaan.
Mungkin pengalaman seperti
itu bukan hanya saya saja yang mengalami, banyak lagi pengangguran-pengaguran
lain yang akan mendapatkan hinaan. Apalagi ketika ia menjadi pengangguran yang
cukup lama. Mungkin terhitung hingga ukuran tahun, 2-3 tahun. Wow, bukankah itu
termasuk pengangguran abadi?
Pada dasarnya seorang
pengangguran juga tak ingin dicap sebagai pengagguran abadi yang tidak ada
usahanya. Mereka sebenarnya juga butuh pekerjaaan. Hanya saja mungkin nasib
tidak berpihak kepada mereka. Selain itu lapangan perkerjaan yang ada di
Indonesia sangatlah minim. Jadi, tidaklah mengherankan jika semakin tahun
jumlah pengagguran semakin banyak.
Mungkin ketika kita
mendapati jumlah pengangguran di Indonesia kita akan memandangnya dengan sangat
miris, sungguh jumlah yang cukuplah banyak. Dengan banyaknya pengangguran
seperti ini, muncullah sebuah pertanyaan yang besar “Bagaimana tindakan
Pemerintah menanggapi akan hal ini?”
Sebenarnya kegiatan job Street yang sering diadakan di
berbagai kota, untuk perekrutan pegawai baru di berbagai perusahaan cukuplah
membantu bagi para pengangguran. Hanya saja sekali lagi tidak sedikit pula
perusahaan yang berharap karyawannya mempunyai pengalaman di bidangnya.
Walau tidak mutlak semua
mewajibkan dengan syarat seperti itu, mungkin juga akan kita dapati lowongan
yang tidak membutuhka pengalamanan, yang terpenting bekerja keras dan jujur.
Mungkin ini poin tersendiri, dan sedikit meringankan tanpa harus membebani
pengangguran yang belum mempunyai pengalaman.
Tapi ada satu hal yang
perlu kita cermati dengan baik, kita juga perlu berhati-hati dengan banyaknya
lowongan pekerjaan yang tidak membutuhkan pengalaman pekerjaan. Tertulis bahwa
pengalaman menyusul, yang terpenting bisa bekerja dan tekun. Jika kita tidak
teliti, maka kita akan menajadi korban dari penipuan sebuah info lowongan dan
kita akan dikecewakan oleh hal tersebut.
Menurut banyak pengalaman
teman, ketika mereka mengajukan lamaran di perusahaan tersebut. Awalnya memang
menjanjikan, tertulis akan ditempatkan di administrasi atau di bagian kantor,
ternyata ketika diterima hanya ditempatkan di bagian sales. Katanya, hal itu adalah training.
Bagaimanapun hal ini tetap
tak bisa dibenarkan, karena tidak bersesuaikan dengan kesepakatan awal. Salah
satu teman saya lulusan UIN Malang mengakui bahwa ia menjadi korban dari
penipuan iklan. Ia begitu terkejut ketika hari awal bekerja, ia disuruh terjun
ke lapangan untuk menawarkan barang. Dan dalam hari itu pula ditarget harus
bisa menjualkan barang. Ada juga yang disuruh keliling kampung.
Sungguh menyedihkan bukan?
Sangat tidak sesuai dengan kesepakatan awalnya. Akhirnya teman saja memilih
kabur dan tidak melanjutkannya lagi. Setelah kejadian itu, ia mulai
berhati-hati dalam memilih info lowongan pekerjaan.
Yang harus menjadi bahan
pertimbangan, nama perusahaan harus jelas, kualifikasi, alamat, nomor yang bisa
dihubungi, dan kesepakatan yang terjadi antara kedua belah pihak. Hal ini
bermaksud untuk menghindari adanya penipuan seperti contoh di atas.
Terkadang, memang seorang
pengangguran hanya akan berfikir yang penting mereka dapat pekerjaan bekerja.
Namun jika kita bisa teliti, maka setidaknya kita bisa memilah mana yang harus kita
ambil dan tidak.
Sungguh sangat menyedihkan
pula ketika banyak orang menanggapi pengangguran adalah orang-orang yang tak
berguna, setidaknya akan lebih bijak jika mereka memberikan solusi. Bukan hanya
sekedar menghujat tanpa adanya penyelesaian.
Memberikan kabar tentang
info pekerjaan, atau syukur-syukur jika ada yang membuka lapangan pekerjaan.
Untuk membantu pemerintah dalam hal membuka lapangan pekerjaaan. Selain banyak
berjasa, hal ini juga akan sangat membantu banyaknya pengangguran yang sangat membludak
di negari kita tercinta ini.
Sungguh tidaklah menjadi
suatu yang mengherankan, ketika para pemuda mulai menjadikan mengangguran
sebagai tren. Bukan karena mereka menginginkan hal itu, namun karena keadaan
yang mendesak mereka seperti itu.
Sulitnya lowongan pekerjaan,
hujatan tanpa solusi membuat mereka mulai jengah dan pada akhirnya mereka mulai
terlenakan dengan kata nganggur. Sugesti yang burukpun akhirnya menempel pada
diri mereka. Bertahun-tahun akhirnya menjadi pengangguran yang sukses.
Pengangguran yang mulai
semakin membludak dan terus meningkat seharusnya memang perlu adanya penyelesaian
dan solusi akan hal ini. Setidaknya pemerintah turun tangan dan segera tanggap,
bahwa hal ini memang harus segera diselesaikan. Karena bagaimanapun pemuda adalah
penerus bangsa. Jika pemuda-nya saja sudah banyak yang menganggur maka
bagaimana dengan keadaan bangsa kita nantinya.
Tetap harus diatasi, lapangan
pekerjaan perlu digalakkan lagi, mulai diberikan kesempatan bagi yang belum
berpengalaman untuk mendapatkan sebuah pengalaman, dan bagi yang mempunyai
ijazah yang tidak terlalu tinggi, harus tetap ada tempat yang mampu menampung
mereka bekerja.
Sedangkan untuk masalah
gaji, juga harus dipertimbangkan pula. Setidaknya gaji yang diberikan bersesuaian
dengan apa yang dkerjakan. Adanya UMR, masihkan hal ini ditetetapkan dan
digunakan oleh semua perusahan ataupun tempat kerja lainnya?
Semoga bisa bersikap adil
dan tetap memperhatikan pengangguran yang ada di Indoensia.
Malang, 23 Agustus
2012
13.30 wib
*dimuat di blog http://www.docstoc.com/docs/141457139/Pengangguran
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Efektif Membersihkan Wajah Dengan Dewpre Carrot Cica Water Calming Pad
Siapa di sini yang suka bepergian dengan dandanan cakep, pakai make up lengkap dan menggunakannya seharian? Namun, ketika pulang, males untu...
sabar mbak ya.....
ReplyDeleteIya, Mbak Ella Sofa.
ReplyDelete